UIN Walisongo, www.jqh.or.id Unit Kegiatan Mahasiswa Jami’atul Quro wal Hufadz mengadakan acara UIN Walisongo Mengaji 2023. Rabu, (22/11)
Acara UIN Walisongo Mengaji yang dilaksanakan pada Rabu, (22/11) di Auditorium 2 Kampus 3 UIN Walisongo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Kegiatan ini mengusung tema “Merefleksikan Nilai- Nilai Keislaman Sebagai Landasan Nasionalisme ”. Menurut Ketua panitia Ahmad Yusuf Sholah “dengan memunculkan tema ini sebenarnya JQH ingin menghidupkan kembali kepada jati diri pemuda sekarang yg lebih tertarik pada konser- konser dan lupa akan kepentingan akhiratnya”. Hal ini dianggap penting karena akhir- akhir ini memang masif adanya konser-konser yang diselenggarakan di lingkungan UIN Walisongo. Disamping itu diharapkan mampu untuk memprogresifkan organisasi islam ini untuk merespon fenomena dan menumbuhkan jiwa nasionalisme berbasis nilai- nilai keislaman.
UIN Walisongo Mengaji merupakan kegiatan rutin diusung setiap tahun dan dilaksanakan JQH selama kurun waktu 29 tahun setelah berdirinya, "bersamaan dengan itu kegiatan ini merupakan momentum untuk menyemarakkan miladdiyyah JQH ke 29” tutur Rachmad Renaldi selaku ketua umum JQH El- Fasya El Febi’s. Selain sebagai ajang untuk Bersama sama mengaji dan bersholawat, acara ini dapat dikatakan sebagai malam puncak dari serangkaian kegiatan dari mulai tanggal 11 November 2023 dalam acara “Pembukaan dan temu alumni”. Dalam kegiatan ini, para alumni dari JQH El- Fasya El Febi’s berkumpul untuk mempererat tali persaudaraan antara kader, pengurus, dan alumni. Tentu saja, unsur ini sangat berkontribusi untuk menjalankan satu periode kepengurusan dengan “konsisten, inovatif, dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan di dalamnya” imbuh Rachmad.
Pada tanggal (12/11) kegiatan Panggung Aksi Seni Islami atau yang sering dikenal dengan sebutan PASI, di dalamnya adalah bentuk dari proses bersama para anggota JQH untuk bisa membuktikan keilmuannya selama satu tahun belajar. PASI diselenggarakan melalui lomba yang terintegrasi dengan macam divisi atau sub bagian pengembangan dalam organisasi. Pada tanggal 13 sampai 15 November ini dilanjutkan dengan pembacaan Arwah Jama’ dan Khataman Al Qurán yang berjumlah 29, “Jumlah ini didasarkan atas umur UKM JQH yang sudah menginjak 29 tahun” tutur Ahmad Yusuf. Selanjutnya (17/11) UKM JQH juga mengadakan acara Haflah Tilawah untuk bisa membekali pengurus dengan anggota untuk melakukan proses belajar tilawah dengan ahli di bidangnya.
Puncaknya (22/11) adalah di UIN Walisongo mengaji, acara ini berlangsung meriah dan mendapatkan atensi yang besar dari mahasiswa lintas jurusan di UIN Walisongo. Acara dibuka dengan bacaan surat Al- Fatihah dan dilanjutkan pembacaan ayat suci Al Qur’an, sambutan, dan pembacaan shalawat atau maulid. Terdapat hal yang menarik dari penuturan Dr. KH. Muhammad Arja Imroni, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum. “Melalui acara ini kita ngecas baterai spiritualitas kita, istilah sekarang healing spiritual”. Hal ini menjadi menarik karena di era sekarang healing sering di artikan sebagai kegiatan di pantai, gunung, mapun tempat-tempat yang membuat pikiran menjadi tenang. Namun, menurutnya kegiatan mengaji dan bersholawat merupakan sarana untuk berkontemplasi dan menenangkan diri. “Mengadakan kegiatan mengaji dan bersholawat membina akal dan membina hati” tambahnya. Acara ini dihadiri oleh Habib Ismail Aboebakar Al-Kaff, Dr. KH. Mohammad Adnan, MA., Sayyid Syauqi Bilfaqih, Gus Libasuttaqwa, dan Gus Khoirul Amilin.
Pada sesi mauidhoh hasanah yang di sampaikan oleh Dr. KH. Mohammad Adnan, MA. menyampaikan hal yang penting berhubungan dengan tema kegiatan. Mengutip dari pendapat Imam Ghazali “hubungan antara agama dengan kekuasaan itu seperti saudara kembar, agama layaknya pondasi yang harus di dukung dengan kekuasaan, sebaliknya kekuasaan atau bangunan jika tidak memiliki pondasi akan runtuh”. Jika ditelisik lebih dalam bahwa posisi agama dan negara sangat erat dan sukar dipisahkan, untuk itu kontribusi di setiap lini perlu untuk memastikan bahwa keduanya mampu berjalan beriringan tanpa ketimpangan. Maka, dengan menumbuhkan jiwa nasionalisme dan dipadukan melalui nilai- nilai keislaman penting diperoleh mahasiswa atau masyarakat pada umumnya. “Islam tidak menentukan bagaimana pemimpin atau negara itu dipilih, dibentuk, dan ditegakkan. Islam hanya memberikan dasarnya saja, selanjutnya adalah kebebasan untuk memilih pemimpin sesuai cara yg tepat dari masyarakat tersebut” imbuhnya.
Acara ini direncanakan berlansung pada pukul 19:30, namun terdapat beberapa kendala karena adanya hujan yang deras dan listrik padam. Hal ini menjadikan waktu dimulainya acara menjadi mundur 30 menit. Arman salah satu mahasiswa prodi HES berpendapat “ UIN Walisongo Mengaji ini berlangsung dengan khidmat dan menumbuhkan imajinasi bahwa peran islam dalam proses berjalannya negara ini sangatlah vital” kesan Arman.
0 Komentar