Bertempat
di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Miftahul Huda Kaliwungu Kendal, Pengurus
Wilayah Jam'iyyatul Qurra` wal Huffadz Nahdlatul Ulama (PW JQH NU) Jawa Tengah
mengadakan Rapat Kerja bersama UKM JQH eL-Fasya eL-Febi’s UIN Walisongo
Semarang sebagai pengisi serimonial acara (Sabtu, 3 Nopember 2018).
Diketuai oleh Bapak Tolkhatul Khoir, salah satu pembina UKM JQH eL-Fasya
eL-Febi’s UIN Walisongo Semarang, acara yang bertajuk “JQH NU dan Tantangan
Bangsa Kontemporer” ini dihadiri oleh beberapa cabang pengurus wilayah JQH dari
berbagai cabang. Di antara cabang tersebut adalah delegasi dari JQH Jepara, JQH
Brebes, JQH Semarang, JQH Temanggung, JQH Kudus, JQH Magelang, JQH Purbalingga
dan JQH JATENG sendiri.
Acara tersebut diawali dengan melantunkan Sya’ir Sholawat Eling
Kubur yang dipimpin oleh Drs. H. Amdjad Al Hafidh, Bsc., M.Pd, juga pengarang
dari sya’ir tersebut. Kemudian pembukaan, pembacaan ayat suci al-Qur`an oleh
Ibu Uyuni Azizah dari Semarang dan dilanjut dengan penampilan paduan suara
(PASWA) oleh Tim PASWA UKM JQH eL-Fasya eL-Febi’s.
Lelah akibat perjalanan dari kota masing-masing pun menjadi
semangat setelah lagu Indonesia Raya, Ya Lal Wathon, dan Mars JQH dinyanyikan
bersama. Adapun rangkaian acara selanjutnya yaitu sambutan-sambutan dan
pembahasan rapat kerja.
Ustadz Amdjad dalam sambutannya menjelaskan bahwasannya di Jawa
Tengah, organisasi atau perkumpulan para ahli qira’at dan penghafal al-Qur`an
dinamai dengan nama Jam’iyyatul Qurra` wal Huffadz (JQH).
”Sebenarnya di seiap daerah di Indonesia telah berdiri organisasi
semacam itu yang beraneka ragam nama dan sebutannya. Akan tetapi mempunyai
tujuan yang sama yaitu menghimpun dan mempersatukan para ahli qira’atul Qur`an
serta memelihara kesucian al-Qur`an. Selain itu juga bertujuan untuk
mempelajari segi bacaan (tilawah) dan hukum-hukum tajwid. Selanjutnya,
mempelajari isi yang terkandung di dalamnya guna diamalkan oleh setiap umat
Islam di Indonesia, sekaligus untuk menyebarluaskan (dakwah Islamiyah) seni
bacaan al-Qur`an sesuai hukum tajwid dan qira’at sebagai pedomannya,” ujar
beliau.
Terkait dengan tema, ustadz Andi Purwono sebagai pemimpin rapat
kerja tersebut memaparkan bahwa tantangan bangsa berkaca pada National
Interest (kepentingan nasional) yaitu: National Security (keamanan
nasional), Economic Prospherity (pertumbuhan ekonomi), National
Prestige (martabat nasional) dan Promotion of Ideology (dakwah ideologi).
Bisa diperjelas bahwa National Security meliputi kedaulatan NKRI, keamanan dan
keutuhan wilayah. Sedangkan National Prestige terdiri dari Islam washathiyah,
modernisasi demokrasi Islam, kekayaan budaya, dan keramahtamahan.
Lalu, bagaimanakah peran JQH dalam menghadapi tantangan bangsa
tersebut?
JQH sebagai Epistemic Community (jaringan profesional dan kopeten)
yang diakui dalam domain tertentu dengan klaim otoritatif, harus mampu :
- Penguatan Internal, antara lain menghidupkan gerak organisasi seperti rapat atau pertemuan rutin, media komunikasi, dan lain-lain. Dan juga menguatkan kemandirian.
- Mapping kekuatan lembaga dan person beserta keahlian masing-masing termasuk pemetaan pesantren kita dan “mereka”.
- Bekerja sama dengan media (era informasi).
- Bastul masail dan keal-Qur`anan, misalnya perihal kitab suci yang disebut fiksi. Selain itu, adanya pelafalan al-Qur`an dengan menggunakan langgam nusantara juga menimbulkan polemik.
- Muncul, menyampaikan pemikiran ketika ada masalah bangsa terutama terkait dengan Otoritas Keilmuan al-Qur`an.
Dari
peranan tersebut, maka diagendakanlah beberapa kegiatan seperti :
- PW JQH menyiapkan instrument untuk pendataan anggota (qori’ dan huffadz) dan lembaga/pesantren Tahfidz yang berafiliasi NU.
- Diadakan konverensi PW JQH September 2019 : konverensi musabaqah, bastul masail dan pelatihan di Masjid Agung Jawa Tengah.
- Diadakan kegiatan bersama wilayah dengan tuan rumah Pengurus Cabang JQH NU Jepara.
Kegiatan-kegiatan
di atas merupakan hasil rapat kerja sekaligus mengakhiri acara siang itu.
Eva N.A
0 Komentar