Seringkali
jihad diartikan sebagai perang fisik, pertumpahan darah atau kekerasan demi
menegakkan kebenaran atas nama agama, bahkan kerap kali kata jihad digunakan
oleh ekstrimis islam untuk merekrut anggotanya demi kekuasaan menggunakan kedok
bela agama.
Pertanyaannya, apakah jihad yang diartikan seperti itu bisa di era modern seperti sekarang ini? Maka jawabannya adalah tidak. Jihad jangan diartikan sebagai kekerasan demi menegakkan syariat terlebih era milenial seperti sekarang jihad lebih relevan jika diartikan untuk memerangi kebodohan, memerangi berita bohong, dan ketimpangan sosial.
Jihad
yang relevan di era digital juga bisa
dilakukan dengan media sosial, ditambah tahun politik seperti sekarang banyak
kita jumpai banyak berita bohong untuk menjulang popularitas dengan cara yang
nekat kelewat batas. Berbagai macam cara pun juga dilakukan oleh pihak pihak
yang tidak suka dengan persatuan dan kesatuan bangsa, yang kerap kali membawa
ranah agama untuk kepentingan kelompok semata.
Jihad
dengan media sosial bisa kita mulai dengan menyaring kabar yang masih simpang
siur yang beredar dan mencari klarifikasi agar tidak tersesat dan mudah terpancing
oleh kabar yang tidak benar. Selain itu juga bisa dilakukan dengan menyebarkan
Kabar atau konten yang positif maupun konten yang kreatif yang bersifat mempersatukan bukan
malah memperkeruh keadaan dengan kedok bela agama tapi mengancam keutuhan dan
kesatuan bangsa.
Maka
dari itu kita perlu memaknai jihad sebagai Pertahanan
dan Kesatuan, hal ini merupakan konsekuensi logis dari falsafah Al-Qur’an
mengenai keberagaman baik suku,budaya, maupun agama pada umat manusia.
Sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam Al-Qur’an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ
إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ
لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Qs. Al-Hujurat 13)
Kita
juga pernah membaca di dalam Al-Qur’an bahwa seandainya Allah berkehendak maka
niscaya Allah menciptakan manusia berada dalam satu agama tetapi Allah menghendaki adanya perbedaan dan keragaman
sebagaimana firman Allah Swt :
وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِ إِلَى ٱللَّهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيعٗا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٤٨
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (Qs Al-Maidah 48).
Bagi umat Islam pluralitas merupakan Sunnatullah yang ada sepanjang waktu dan segala tempat, maka konteks jihad di era milenial yang ideal adalah mengedepankan persatuan dan kesatuan dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara khususnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jihad Seperti inilah yang perlu dilakukan para penerus bangsa sebagai ikhtiar mengisi kemerdekaan indonesia yang merupakan negara majemuk dan terikat oleh dasar negaranya yakni Pancasila dengan semboyan nya Bhineka Tunggal Ika.
'Irfany
0 Komentar